Oleh : Abdul Muhtadin Madtahri
(Jakarta, 28 Oktober 2012)
Hari ini tanggal 28 Oktober 2012 adalah hari dimana selama 84 tahun
selalu diperingati sebagai hari SUMPAH PEMUDA, dan juga merupakan
peristiwa monumental bagi pergerakan nasional yang dikemudian hari
menjadi catatan sejarah dan bukti otentik lahirnya sebuah bangsa yang
bernama Indonesia. Proses kelahiran SUMPAH PEMUDA merupakan buah
termanis dari rangkaian perjuangan rakyat pribumi dalam melepaskan diri
dari cengkraman aneka bentuk penjajahan kolonialis. SUMPAH PEMUDA juga
merupakan sebuah komitmen yang wajib di pegang oleh semua lapisan
masyarakat Indonesia, sadar ataupun tidak SUMPAH PEMUDA yang dirumuskan
bung Muhammad Yamin yang di sodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario
tengah berpidato dalam kongres Pemuda kedua, yang Bung Yamin katakan
sebagai een eleganter formulering voor de resolutie yang serta merta disetujui oleh semua pihak.
Inilah rangkaian kata-kata mutiara yang menjadi barisan-barisan kalimat elegan tersebut :
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sungguh sebuah formula yang singkat, sederhana namun dapat menyentuh
setiap akar pemikiran yang sangat digandrungi yaitu bersatunya sebuah
bangsa yang heterogen, majemuk yang sangat mustahil terjadi apabila
semangat untuk bergerak maju tidak ada, inilah sebuah pelajaran penting
yang seharusnya kita pelajari dan kita pahami sekarang.
84 tahun berlalu dan 84 tahun pula hiruk pikuk perjalanan sejarah
bangsa Indonesia mengalir dengan berbagai fenomena serta berbagai intrik
yang menghiasi didalamnya setelah SUMPAH PEMUDA berkumandang. Saya
sempat menulis sebuah puisi untuk merefleksikan pikiran saya dan
pandangan saya terhadap kondisi kekinian barisan pemuda-pemudi saat ini.
Dibalik semangat api yang membakar realita
Diantara dinginnya es yang membekukan logika
Terselip cerita dari sebuah legenda
Menggores luka sebuah negara yang sedang tersiksa
Sang pemuda yang main wajah bersandiwara
Sang pemudi yang terlena bertopeng sebuah cerita sinema
Lupa sumpah
Lupa janji
Lupa jatidiri
Lupa harga diri
Lupa negeri sendiri
Pena sejarah kini terhenti di ujung waktu
Tidak ada lagi guratan sajak perjuangan mengharu-biru
Tidak ada lagi bait-bait puisi tentang kejayaan mengebu-gebu
Hanya sebaris kata-kata tentang negeri yang sedang pilu
Dibalik sebuah catatan sejarah sebuah sumpah
Para pemuda kini bertutur kisah tanpa rupa
Para Pemudi kini hidup seperti sosok tanpa nyawa
Berkolaborasi melahirkan ribuan cerita tanpa makna
-------------------------------------------------------------------
Dibalik kursi tahta berilmu
Kau buang waktu menjadi debu
Kau padamkan gelora jiwa yang sedang menggebu
Berselimut buku bersampul bisu
Dibalik doa beralas sajadah
Kau panjat pinta tanpa ibadah
Kau harap dunia takjub menatapmu
Terjawablah dengan restu yang kelu
Dibalik dunia yang bergulir
Kau hanya bebal ikut mengalir
Meski neraka telah menjadi musim
Kau mengikutinya dengan lazim
Dibalik limpahan barisan pincang
Negeri ini retak kian tergoncang
Merdeka tak lagi beraroma
Mengisinya hanya sebuah gema
Tak ingatkah kau sumpah pemuda
Kini ditanganmu telah menjadi sampah!!
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Refleksi pemuda masa kini dalam catatan cahaya hitam inspirasi negara badjingan)
Dalam 84 tahun perjalanan ini semuanya telah berubah Pemuda-Pemudi
Indonesia yang seharusnya bangga terhadap akar budayanya sendiri lebih
bangga dengan budaya Korea dengan serta merta meniru dan menjadi
plagiator sejati Girlband dan Boyband asal negeri tirai bambu ini,
mereka lebih kenal Kyohyun ketimbang W.R Supratman, mereka lebim
mengenal Taeyeon ketimbang Cut Nyak Dien dan mereka lebih nyaman
mengenakan pakaian rok mini dan hotpant ketimbang memakai kebaya dan
batik. Ironis memang dikala sedang dirundung masalah dari berbagai
sektor, para pemuda dan pemudinya pun semakin terlena dan cenderung
amnesia sejarah serta budaya, dikala Indonesia sedang memerlukan
teriakan “MERDEKA” sambil berlari menyongsong masa depan, pemuda dan
pemudinya malah mencibir “trus kl Indonesia sedang susah gw mesti bilang
WOW dan salto di udara gitcuh??”
Haha..saya secara pribadi bukan berarti tidak setuju dengan
prilaku-prilaku yang sekarang sedang menjamur di mana-mana dan
digandrungi oleh mereka dan saya sadar itu adalah dunia mereka, dunia
yang mereka jalani, dunia dimana mereka bisa berekspresi akan tetapi
kemana semangat SUMPAH PEMUDA akan dibawa jika perilaku pemudanya hanya
sebagai plagiator beronani ria dengan hedonisme, jika kelakuan pemudinya
hanya konsumen vibrator belaka bermasturbasi dengan jaman?? Sebuah
pertanyaan yang semestinya dapat dijawab dengan mudah oleh kita semua.
Belum lagi menyoal tentang prilaku orang-orang yang katanya
terpelajar yang setiap hari pergi kesekolah ataupun kekampus, semestinya
mereka dapat menjadi tulang punggung bangsa yang sedang retak, menjadi
agen of change, agen of power karena mereka adalah the rising generation
bangsa ini dikala kaum tua sudah tak mampu lagi menjalankan roda
peradaban bangsa ini tapi apa yang terjadi?? Tawuran dimana-mana,
demonstrasi anarkis, pemerkosaan dimana-mana bahkan (maaf) kampus
seringkali dijadikan tempat prostitusi.
Walaupun demikian saya tidak menutup mata terhadap prestasi-prestasi
yang telah dicapai pemuda Indonesia dalam kiprahnya baik skup nasional
maupun international, bagaimana kita bangganya ketika tim science
Indonesia meraik medali emas di berbagai ajang olimpiade ilmu
pengetahuan, bagaimana bangganya kita ketika mendengar tim sepak bola
junior kita memenangkan kompetisi International dan mengumandangkan
Indonesia Raya dengan penuh rasa khidmat, namun dibalik kebanggaan yang
menggelora ada semacam keraguan yang mengganjal.
Saya takut sahabat-sahabat saya yang sekarang sedang menimba ilmu
nantinya akan terlahir sebagai pengkhianat-pengkhianat intelektual, saya
takut generasi-generasi bangsa ini menjadi pelacur-pelacur idealisme
dan saya takut pemuda-pemudi bangsa ini hanyalah robot-robot tak
bernyawa yang tidak punya hati dan nurani.
Sahabatku sebangsa dan setanah air, mari kita jadikan momentum SUMPAH
PEMUDA ini menjadi motivasi pemikiriran kita tentang kelangsungan
bangsa Indonesia, mari kita instal ulang kembali paradigma berfikir kita
tentang arti sebuah perjuangan.
Waktu akan terus berjalan, kemarin, kini dan esok akan tetap sama
jika kita tidak melakukan perubahan hari ini. SALAM PERUBAHAN!!
--------------------------------------------------------------------
SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA YANG KE-84
PEMIMPIN BESAR REVOLUSI REPUBLIK BADJINGAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar